Puasa Ngebleng, Tujuan Ilmu Kebatinan dan Menata Hati Menjadi Bersih
Puasa Ngebleng, bagaikan menguatkan layaknya Bleng yang mampu berbaur kepada apa pun yang diminatinya, lebih mendalam adalah proses menata hati sendiri supaya bisa kembali bersih.
Tapi tetap akan berbeda dengan tujuan utama menjalani Puasa Ngeblengnya, bisa untuk tujuan kebatinan mempelajari ilmu atau hanya sebatas memperbaiki kesalahan supaya pikiran menjadi tenang dan hati yang kembali bersih.
Proses menjalani tirakat kejawen ini bermacam-macam, tapi tetap ada yang umum diketahui oleh siapapun yang mencari tau tentang info seputaran Puasa Ngebleng ini.
Dimana untuk menjalaninya, diharapkan memiliki waktu yang khusus dan jauh dari keramaian.
Sebelum menjalani biasanya akan diminta untuk melakukan Mandi Kramas Kejawen dulu tepat jam 12 malam dengan membaca niatnya sebagai berikut:
"Niat ingsun adus angedusi badan kayun manggih toya robani, dus lali dus mani badan adus den dusi padha badan, roh adus den dusi padha roh, sukma adus den dusi padha sukma. Dzat teles sukma alam dzat urip tan kena kawoworan urip sajroning karsa, ingsun adus banyu saking kodratullah. Byurrrr njaba suci njeroning badan robani, Allahu sakarsa, Allahu alaihi wassalam"
Setelah melewati mandi ini, barulah untuk segera menyiapkan pembukaan Puasa Ngebleng yang dibuka tepat jam 03 malam untuk meminum 1 tegukan dan memakan 1 kepalan umbi seperti ubi kayu, jalar atau talas (keladi) itu juga tidak boleh dimasak, termasuk air yang diminum harus mentah.
Setelah membuka tinggal tergantung pada berapa lama untuk dijalani, bila hanya untuk umum cukup sehari semalam ditutup pada jam 12 malam layaknya Puasa Mutih penuh, tapi bedanya tidak boleh berbicara, karena itulah orang yang menjalani Ngebleng biasanya akan menyendiri saja karena menghindari mengucapkan kata.
Tapi berbeda bila tujuanya untuk kebatinan dan ilmu khusus, bisa melewati 2 hari berarti tujuanya 3 dan melewati 4 berati 5 dan seterusnya, hitungan pasti ganjil untuk menjalaninya.
Karena pembukaan diwaktu pertama, berapa hari pun menjalani Puasa Ngebleng tidak ada buka dan melanjutkan lagi tapi cukup pembukaan dan penutupan saja.
Inilah terasa beratnya tirakat Kejawen yang satu ini, hampir menyamai Patigeni namun berbeda dengan kalau Ngebleng tidak harus berada di tempat gelap selain dikubur.
Jadi sudah pantaslah untuk yang namanya Puasa Ngebleng termasuk tirakat Kejawen yang amat berat, karena tidak bisa dijalani untuk yang masih tahap belajar saja, termasuk Pengalaman untuk Anda bila menyambut sebuah ilmu kebatinan dari sang guru dan diminta untuk menjalaninya sebaiknya dipikir dulu secara matang bukan langsung diterima saja tapi tidak mampu menjalani tiraktnya.